Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
PERCOBAAN MENGEMBANG DAN MENGERUT
Nama :
Sakti
Nim : G11112340
Kelompok :
VI (enam)
LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Salah satu sifat fisik tanah adalah mengembang dan mengerut. Sifat
mengembang ditandai dengan terisinya semua ruang pori-pori tanah baik pori
makro maupun pori mikro oleh molekul-molekul air dan gejala ini terjadi ketika
tanah dalam keadaan basah. Sedangkan sifat mengerut tanah terjadi ketika tanah dalam keadaan
kering setelah basah yang ditandai dengan semakin mengecilnya pori-pori tanah
pada waktu mengerut.
Pengembangan
tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang
diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut.
Kation-kation dan molekul-molekul air sudah masuk antara unit kristal mineral
sehingga mineral akan mengembang saat basa dan mengerut saat kering, karena
banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut.
Pengembangan
terjadinya karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena
penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam
kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam
koloid-koloid dan ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang
terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah. Retakan-retakan
tanah dapat memperbaiki aerasi tanah pada bagian lebih dalam. Namun,
retakan-retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar-akar
tanaman. Pengembangan dan pengerutan yang tidak sama dapat menyebabkan retaknya
pondasi gedung-gedung, sedangkan jalan yang diperkeras menjadi bergelombang. Sifat
mengembang dan mengerut adalah masuk atau keluarnya air ke atau dari antara
lempeng-lempeng liat kristal tipe 2 : 1 yang menyebabkan terlihatnya sifat
mengembang dalam keadaan basah dan mengerut kalau kering.
Pengembangan terjadi karena
beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam
lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi,
sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan
ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam
pori mikro ketika memasuki pori tanah.
1.2.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
praktikum sifat mengembang dan mengerut adalah untuk mengetahui persentase
pengerutan dan pengembangan tanah dalam keadaan basah dan kering pada tanah
lapisan II serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan
praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengolahan dan penanganan pada
tanah-tanah yang memiliki sifat mengembang dan mengerut, sehingga kita dapat
mengetahui jenis tanah yang cocok untuk lahan pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sifat Pengembangan dan
Pengerutan Tanah
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang dan
mengerut sehingga mengalami
pecahan-pecahan pada musim kering. Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan mineral dari monmorilonit yang tinggi
dan rendah. Besarnya pengembangan dan pengerutan pada
tanah dinyatakan dengan Cole. Mineral dibedakan menjadi
dua yaitu mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer
adalah mineral asli yang terdapat dalam batuan yang melapuk yang terdiri dari
fraksi-fraksi pasir dan debu. Mineral sekunder adalah mineral
primer yang menghasilkan mineral baru yang esensial untuk
perkembangan dan penyuburan yang umunya terdapat dalam
fraksi liat yang sering ditemukan dalam tanah antara lain kaolinit, haloisit, montmorillonit, gibsit (Al Oksida), Fe Oksida dan
lain-lain. Mineral liat sekunder besar pengaruhnya
terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti kapasitas tukar kation,
daya mengembang dan mengerut tanah dan lain-lain (Hardjowigeno, 2003).
Pengembangan
juga terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena
penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan
dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke
dalam koloid-koloid dan ion-ion yang teradsobsi pada liat dan karena udara yang
terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Brady, 1982)
Antara
pengembangan dan pengerutan, kohesi dan plastis berhubungan erat satu sama
lain. Ciri-ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah,
tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloid organik. Sifat
tergantung pada struktur pengembangan tanah (Buckman, 1994).
Retakan–retakan
tanah dapat memperbaiki aerasi tanah di bagian yang lebih dalam. Namun,
retakan-retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar-akar
tanaman. Pengembangan dan pengerutan tanah yang tidak sama dapat menyebabkan
retaknya fondasi gedung-gedung, sedang jalan-jalan yang diperkeras menjadi
gelombang (Anonim, 2012).
Montmorilonit
terdiri dari dua lapisan silikat dengan lapisan aluminium terikat erat oleh
atom oksigen yang mana struktur terikat begitu lepas oleh penghubung oksigen
yang sangat lemeh, sehingga kisi hablur seperti puputan mengembang sangat
mudah. Akibatnya hablur montmorilonit dapat mudah peceh menjadi butir-butir
yang besarnya mendekati satuan struktur tunggal. Montmorilonit akan berkerut
jika di keringkan, butir-butirnya berkeping halus mudah didispersikan (Foth.
H.D, 1988).
Tanah
yang mengembang selalu banyak liat, dimana mungkin saja mempunyai kemampuan
yang tinggi menyimpan air, akan tetapi peredaran udara dalam tanah atau aerase
tidak baik, penambahan bahan organik akan
mengurangi masalah kekurangan air pada tanah berpasir. Bahan organik membantu mengikat
butiran liat dan membentuk ikatan yang lebih besar sehingga memperbesar
ruang-ruang udara diantara ikatan butiran (Pairunan, 1985).
Beberapa
koloid mineral mengerut kalau mongering dan mengembang kalau menjadi basa.
Sifat-sifat ini disebabkan oleh pengaruh air kisi-kisi yang mengembang seperti
nyata ditunjukkan tanah dengan liat montmorillonit. Pada mineral yang
kisi-kisinya tetap, misalnya kaolinit, pengembangan karena pembahasan kurang
nampak. Tanah yang mengandung mineral liat akan memperlihatkan sifat mengerut
yang tinggi, selain itu kation-kation dan molekul air dapat lebih mudah masuk
ke dalam tanah. Serta unit kristal mineral akan mengerut ketika kering oleh
kerana hilangnya air (Hardjowigeno S, 1987)
Mengembang dan mengerut merupakan ciri ke tiga dan ke empat dari lempung silikat. Sifat ini menyebabkan oleh
kandungan air relatif, terutama yang berada diantara
satuan-satuan struktur misel. Mengembang dan mengerut, kohesi, dan plastisitas
berhubungan erat satu sama lain. Ciri-ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah dan
kation diadsorpsi yang menguasai akan tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloida anorganik (Buckman, 1982).
Pengerutan
biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah
keadaan dimana tanah mengalami retakan-retakan yang disebabkan oleh karena
ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan
pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman
(Hardjowigeno, 2003).
Pengembangan
tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang
diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat smectit
memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation-kation dan molekul-molekul
air sudah masuk antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang
saat basah dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada
tanah tersebut (Hardjowigeno, 2003).
Sifat
mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang
berada diantara satuan-satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung
mengembang akan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembahasan oleh air.
Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak
yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke dalam tanah (Buckman,
1982).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut pada tanah adalah kadar air
dalam tanah, luas ruang atau pori tanah serta kandungan mineral liat. Ketiga
faktor ini sangat berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah
tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga
terjadi pengembangan pada tanah, begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga
sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat
menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat
mudah terjadi proses pengembangan begitu pula sebaliknya (Munir, 1996).
BAB
III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Sifat Mengembang dan Mengerut dilaksanakan pada hari selasa, 27 November 2012, pukul 14.00 – selesai WITA di Laboratorium Fisika
Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar
2012.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum sifat
mengembang mengerut ini yaitu gelas ukur, cawan petrish, dan oven.
Adapun bahan
yang digunakan dalam praktikum sifat
mengembang mengerut ini yaitu sampel
tanah dan aquades.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengerutan Tanah
Prosedur kerja pada pengerutan tanah
dilakukan sebagai berikut :
1. Mengayak
tanah kering udara dengan ayakan berukuran 2 mm
2. Menaruh
tanah dalam sebuah wadah kemudian tambahkan air secukupnya sehingga membentuk
pasta (tidak terlalu encer atau kental)
3. Menuangkan
pasta tanah ke dalam cawan yang sebelumnya telah diolesi gemuk atau jeli.
Padatkan pasta tanah dengan jalan menghentak-hentakkan cawan ke meja dan menekan
pasta dengan spatula, agar sedikit mungkin udara yang terperangkap di dalam
pasta tanah. Ratakan permukaan pasta tanah dengan permukaan cawan.
4. Membiarkan
tanah mengering udara. Bila cukup kering, masukkan ke dalam oven untuk
dikeringkan lebih lanjut pada suhu 105°
C selama 24 jam.
5. Menghitung
nilai pengerutan tanah dengan persamaan :
Pengerutan Tanah = Panjang tanah
basah – Panjang tanah kering X 100
Panjang tanah kering
3.3.2. Pengembangan Tanah
Prosedur kerja pada pengembangan
tanah dilakukan sebagai berikut :
1. Memasukkan
tanah kering ( 2 mm) ke dalam gelas ukur 25 ml hingga volume tanah 15,0 mm.
gelas ukur ini dihentak-hentakkan beberapa kali untuk memadatkan tanah.
2. Mengeluarkan
tanah dari gelas ukur tersebut ke wadah lain.
3. Memasukkan
air sebanyak 25 ml ke dalam gelas ukur, kemudian masukkan lagi tanah sedikit
demi sedikit hingga semua masuk ke dalam air. Air di dalam gelas ditambah bila
ada bagian tanah yang belum basah.
4. Membiarkan
tanah membasah selama sekitar 30 menit, kemudian gelas ukur dihentak-hentakkan
supaya tanah lebih padat.
5. membaca
volume tanah yang telah basa tersebut. Menghitung besarnya persentase
pertambahan volume tanah yang telah basah dibandingkan dengan yang kering.
6. Menghitung
nilai pengembangan tanah dengan persamaan :
Pengembangan tanah = Volume tanah
basa – volume tanah kering X 100 %
Volume
tanah kering
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan
pengamatan sifat mengembang dan mengerut yang dilakukan pada tanah lapisan II,
maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil Pengamatan Mengembang dan
Mengerut pada Tanah
Lapisan
|
Pengembangan (%)
|
Pengerutan (%)
|
I
|
11,8 %
|
3,265 %
|
II
|
25 %
|
11 %
|
Sumber
Data primer setelah diolah, 2011.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum sifat mengembang dan mengerut yang dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel tanah I memiliki persentase pengembangan
sebesar 11,8%
dan pengerutan sebesar 3,265%.
Hal ini dipengaruhi oleh kandungan liat yang tinggi pada
tanah tersebut sehingga ketika tanah ini dalam keadaan basah tanah mudah
menyerap air sehingga volume tanah berubah akibat pori terisi penuh oleh air. Tanah yang mengembang selalu memiliki
kandungan liat yang banyak, sehingga mempunyai kemampuan tinggi untuk menyerap
dan menyimpan air.
Pada sampel II memiliki persentase pengembangan sebesar 25% dan persentase
pengerutan sebesar 11%.
hal ini disebabkan oleh
kandungan liat yang dimiliki sehingga pada saat tanah dalam keadaan kering,
tanah mudah retak atau mengerut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Asmin, 2012) bahwa tanah yang
tinggi kandungan liatnya mempunyai daya mengembang dan mengerut yang tinggi.
Dengan demikian, tanah ini mudah lembek ketika basah dan mudah keras ketika
kering. Kondisi tanah seperti ini dapat mengganggu perkembangan akar tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
mengembang dan mengerut pada tanah adalah kadar air dalam tanah, luas ruang
atau pori tanah serta kandungan mineral liat. Ketiga faktor ini sangat
berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori
atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan
pada tanah, begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh
disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air
sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi proses
pengembangan begitu pula sebaliknya (Munir, 1996).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Pada tanah lapisan I
memiliki presentase sifat mengembang sebesar 11,8% dan mengerut 3,265%, sedangkan pada tanah
lapisan II diperoleh presntasse sifat mengembang sebesar 25%
dan mengerut 11%.
2.
Pengembangan tanah adalah
penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan
oleh pengerutan. Pengembangan biasanya terjadi pada musim hujan atau pada saat
tanah basah.
3.
Faktor- faktor yang
mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut adalah kadar air dalam tanah, luas
ruang atau pori tanah, serta kandungan mineral liat.
5.2. Saran
Saran untuk pengamatan kali ini yaitu bahwa sebaiknya praktikan harus
lebih teliti dalam melakukan
praktikum khususnya dalam menghitung besarnya luas retakan pada tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Buckman, Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah
Utama Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Pairunan,
dkk. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Makassar: Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.
LAMPIRAN
Lapisan I
Presentase
Pengembangan:
Volume
tanah basah – Volume tanah kering
Presentase Pengembangan = X
100%
Tanah Volume tanah basah
17 – 15
= X
100%
17
= 11,8 %
Presentase
Pengerutan :
Total luas retakan
Presentase Pengerutan = X
100%
Tanah Luas permukaan tanah
3,265
= X
100%
= %
Lapisan II
Presentase
Pengembangan:
Volume
tanah basah – Volume tanah kering
Presentase Pengembangan = X
100%
Tanah Volume tanah basah
19 –
15
= X
100%
15
= 32,7 %
Presentase
Pengerutan :
Total luas retakan
Presentase Pengerutan = X
100%
Tanah Luas permukaan tanah
32,75
= X
100%
24,75
= 132 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar