mouse

Kamis, 28 November 2013

Laporan Praktikum. "Mengembang dan Mengerut". Sakti



Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah

PERCOBAAN MENGEMBANG DAN MENGERUT

Nama               :  Sakti
Nim                 :  G11112340
Kelompok        :  VI (enam)

LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012









BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu sifat fisik tanah adalah mengembang dan mengerut. Sifat mengembang ditandai dengan terisinya semua ruang pori-pori tanah baik pori makro maupun pori mikro oleh molekul-molekul air dan gejala ini terjadi ketika tanah dalam keadaan basah. Sedangkan sifat mengerut tanah terjadi ketika tanah dalam keadaan kering setelah basah yang ditandai dengan semakin mengecilnya pori-pori tanah pada waktu mengerut.
Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat  memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation-kation dan molekul-molekul air sudah masuk antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang saat basa dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut.
Pengembangan terjadinya karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah. Retakan-retakan tanah dapat memperbaiki aerasi tanah pada bagian lebih dalam. Namun, retakan-retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar-akar tanaman. Pengembangan dan pengerutan yang tidak sama dapat menyebabkan retaknya pondasi gedung-gedung, sedangkan jalan yang diperkeras menjadi bergelombang. Sifat mengembang dan mengerut adalah masuk atau keluarnya air ke atau dari antara lempeng-lempeng liat kristal tipe 2 : 1 yang menyebabkan terlihatnya sifat mengembang dalam keadaan basah dan mengerut kalau kering.
Pengembangan terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum sifat mengembang dan mengerut adalah untuk mengetahui persentase pengerutan dan pengembangan tanah dalam keadaan basah dan kering pada tanah lapisan II serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengolahan dan penanganan pada tanah-tanah yang memiliki sifat mengembang dan mengerut, sehingga kita dapat mengetahui jenis tanah yang cocok untuk lahan pertanian.




BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Pengembangan dan Pengerutan Tanah
            Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang dan mengerut sehingga mengalami pecahan-pecahan pada musim kering. Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan mineral dari monmorilonit yang tinggi dan rendah. Besarnya pengembangan dan pengerutan pada tanah dinyatakan dengan Cole. Mineral dibedakan menjadi dua yaitu mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral asli yang terdapat dalam batuan yang melapuk yang terdiri dari fraksi-fraksi pasir dan debu. Mineral sekunder adalah mineral primer yang menghasilkan mineral baru yang esensial untuk perkembangan dan penyuburan yang umunya terdapat dalam fraksi liat yang sering ditemukan dalam tanah antara lain kaolinit, haloisit, montmorillonit, gibsit (Al Oksida), Fe Oksida dan lain-lain. Mineral liat sekunder besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti kapasitas tukar kation, daya mengembang dan mengerut tanah dan lain-lain (Hardjowigeno, 2003).
            Pengembangan juga terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang teradsobsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Brady, 1982)
            Antara pengembangan dan pengerutan, kohesi dan plastis berhubungan erat satu sama lain. Ciri-ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah, tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloid organik. Sifat tergantung pada struktur pengembangan tanah (Buckman, 1994).
            Retakan–retakan tanah dapat memperbaiki aerasi tanah di bagian yang lebih dalam. Namun, retakan-retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar-akar tanaman. Pengembangan dan pengerutan tanah yang tidak sama dapat menyebabkan retaknya fondasi gedung-gedung, sedang jalan-jalan yang diperkeras menjadi gelombang (Anonim, 2012).
            Montmorilonit terdiri dari dua lapisan silikat dengan lapisan aluminium terikat erat oleh atom oksigen yang mana struktur terikat begitu lepas oleh penghubung oksigen yang sangat lemeh, sehingga kisi hablur seperti puputan mengembang sangat mudah. Akibatnya hablur montmorilonit dapat mudah peceh menjadi butir-butir yang besarnya mendekati satuan struktur tunggal. Montmorilonit akan berkerut jika di keringkan, butir-butirnya berkeping halus mudah didispersikan (Foth. H.D, 1988).
            Tanah yang mengembang selalu banyak liat, dimana mungkin saja mempunyai kemampuan yang tinggi menyimpan air, akan tetapi peredaran udara dalam tanah atau aerase tidak baik, penambahan bahan organik akan  mengurangi masalah kekurangan air pada tanah berpasir. Bahan organik membantu mengikat butiran liat dan membentuk ikatan yang lebih besar sehingga memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran (Pairunan, 1985).
            Beberapa koloid mineral mengerut kalau mongering dan mengembang kalau menjadi basa. Sifat-sifat ini disebabkan oleh pengaruh air kisi-kisi yang mengembang seperti nyata ditunjukkan tanah dengan liat montmorillonit. Pada mineral yang kisi-kisinya tetap, misalnya kaolinit, pengembangan karena pembahasan kurang nampak. Tanah yang mengandung mineral liat akan memperlihatkan sifat mengerut yang tinggi, selain itu kation-kation dan molekul air dapat lebih mudah masuk ke dalam tanah. Serta unit kristal mineral akan mengerut ketika kering oleh kerana hilangnya air (Hardjowigeno S, 1987)
            Mengembang dan mengerut merupakan ciri ke tiga dan ke empat dari lempung silikat. Sifat ini menyebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berada diantara satuan-satuan struktur misel. Mengembang dan mengerut, kohesi, dan plastisitas berhubungan erat satu sama lain. Ciri-ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah dan kation diadsorpsi yang menguasai akan tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloida anorganik (Buckman, 1982).
            Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan-retakan yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman (Hardjowigeno, 2003).
            Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat smectit memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation-kation dan molekul-molekul air sudah masuk antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang saat basah dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut (Hardjowigeno, 2003).
            Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berada diantara satuan-satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung mengembang akan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembahasan oleh air. Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke dalam tanah (Buckman, 1982).
            Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut pada tanah adalah kadar air dalam tanah, luas ruang atau pori tanah serta kandungan mineral liat. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan pada tanah, begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi proses pengembangan begitu pula sebaliknya (Munir, 1996).


BAB III
 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum Sifat Mengembang dan Mengerut dilaksanakan pada hari selasa, 27 November 2012, pukul 14.00 – selesai WITA di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar 2012.
3.2. Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum sifat mengembang mengerut ini yaitu gelas ukur, cawan petrish, dan oven.
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum sifat mengembang mengerut ini yaitu  sampel tanah dan aquades.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengerutan Tanah
            Prosedur kerja pada pengerutan tanah dilakukan sebagai berikut :
1.      Mengayak tanah kering udara dengan ayakan berukuran 2 mm
2.      Menaruh tanah dalam sebuah wadah kemudian tambahkan air secukupnya sehingga membentuk pasta (tidak terlalu encer atau kental)
3.      Menuangkan pasta tanah ke dalam cawan yang sebelumnya telah diolesi gemuk atau jeli. Padatkan pasta tanah dengan jalan menghentak-hentakkan cawan ke meja dan menekan pasta dengan spatula, agar sedikit mungkin udara yang terperangkap di dalam pasta tanah. Ratakan permukaan pasta tanah dengan permukaan cawan.
4.      Membiarkan tanah mengering udara. Bila cukup kering, masukkan ke dalam oven untuk dikeringkan lebih lanjut  pada suhu 105­­­­° C selama 24 jam.
5.      Menghitung nilai pengerutan tanah dengan persamaan :
Pengerutan Tanah = Panjang tanah basah – Panjang tanah kering  X 100
                Panjang tanah kering
3.3.2. Pengembangan Tanah
            Prosedur kerja pada pengembangan tanah dilakukan sebagai berikut :
1.      Memasukkan tanah kering ( 2 mm) ke dalam gelas ukur 25 ml hingga volume tanah 15,0 mm. gelas ukur ini dihentak-hentakkan beberapa kali untuk memadatkan tanah.
2.      Mengeluarkan tanah dari gelas ukur tersebut ke wadah lain.
3.      Memasukkan air sebanyak 25 ml ke dalam gelas ukur, kemudian masukkan lagi tanah sedikit demi sedikit hingga semua masuk ke dalam air. Air di dalam gelas ditambah bila ada bagian tanah yang belum basah.
4.      Membiarkan tanah membasah selama sekitar 30 menit, kemudian gelas ukur dihentak-hentakkan supaya tanah lebih padat.
5.      membaca volume tanah yang telah basa tersebut. Menghitung besarnya persentase pertambahan volume tanah yang telah basah dibandingkan dengan yang kering.


6.      Menghitung nilai pengembangan tanah dengan persamaan :
Pengembangan tanah = Volume tanah basa – volume tanah kering  X 100 %
                                                            Volume tanah kering




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
            Berdasarkan pengamatan sifat mengembang dan mengerut yang dilakukan pada tanah lapisan II, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil Pengamatan Mengembang dan Mengerut pada Tanah
Lapisan
Pengembangan (%)
Pengerutan (%)
I
11,8 %
3,265 %
II
25 %
11 %
Sumber Data primer setelah diolah, 2011.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum sifat mengembang dan mengerut yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel tanah I memiliki persentase pengembangan sebesar 11,8% dan pengerutan sebesar 3,265%. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan liat yang tinggi pada tanah tersebut sehingga ketika tanah ini dalam keadaan basah tanah mudah menyerap air sehingga volume tanah berubah akibat pori terisi penuh oleh air. Tanah yang mengembang selalu memiliki kandungan liat yang banyak, sehingga mempunyai kemampuan tinggi untuk menyerap dan menyimpan air. Pada sampel II memiliki persentase pengembangan sebesar 25% dan persentase pengerutan sebesar 11%. hal ini disebabkan oleh kandungan liat yang dimiliki sehingga pada saat tanah dalam keadaan kering, tanah mudah retak atau mengerut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Asmin, 2012) bahwa tanah yang tinggi kandungan liatnya mempunyai daya mengembang dan mengerut yang tinggi. Dengan demikian, tanah ini mudah lembek ketika basah dan mudah keras ketika kering. Kondisi tanah seperti ini dapat mengganggu perkembangan akar tanaman.
      Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut pada tanah adalah kadar air dalam tanah, luas ruang atau pori tanah serta kandungan mineral liat. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan pada tanah, begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi proses pengembangan begitu pula sebaliknya (Munir, 1996).


BAB V
 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.        Pada tanah lapisan I memiliki presentase sifat mengembang sebesar 11,8% dan mengerut 3,265%, sedangkan pada tanah lapisan II diperoleh presntasse sifat mengembang sebesar  25% dan mengerut 11%.
2.        Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Pengembangan biasanya terjadi pada musim hujan atau pada saat tanah basah.
3.         Faktor- faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut adalah kadar air dalam tanah, luas ruang atau pori tanah, serta kandungan mineral liat.
5.2. Saran
            Saran untuk pengamatan kali ini yaitu bahwa sebaiknya praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum khususnya dalam menghitung besarnya luas retakan pada tanah.


DAFTAR PUSTAKA
Buckman, Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Pairunan, dkk. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.



  

LAMPIRAN
Lapisan I
Presentase Pengembangan:

                                                Volume tanah basah – Volume tanah kering
Presentase Pengembangan =                                                                          X 100%
            Tanah                                                  Volume tanah basah



17 – 15
 =                                                                         X 100%
                                                                            17

                                           =  11,8 %


Presentase Pengerutan :



            Total luas retakan
Presentase Pengerutan      =                                                              X 100%
            Tanah                                      Luas permukaan tanah


            3,265
     =                                                               X 100%
                                                                         
           
                                        =   %










Lapisan II
Presentase Pengembangan:

                                                Volume tanah basah – Volume tanah kering
Presentase Pengembangan =                                                                          X 100%
            Tanah                                                  Volume tanah basah



19 – 15
 =                                                                         X 100%
                                                                            15

                                           =  32,7 %


Presentase Pengerutan :



            Total luas retakan
Presentase Pengerutan      =                                                              X 100%
            Tanah                                      Luas permukaan tanah


            32,75
     =                                                               X 100%
                                                                        24,75
           
                                        =  132 %










Tidak ada komentar:

Posting Komentar