Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
PERCOBAAN REAKSI TANAH
Nama :
Sakti
Nim : G11112340
Kelompok :
VI (enam)
LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemasaman
tanah adalah sifat tanah yang perlu diketahui, sebab menunjukkan adanya hubungan
pH dengan ketersediaan unsur hara dan juga hubungna antara pH dengan
sifat-sifat tanah. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam tanah
mempengaruhi konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya
dipersulit oleh bahan-bahan tanah yang lain.
Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH
menunjukkan bahwa banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) didalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah maka semakin masam
tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion OH- yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ maka tanah
tersebut tergolong alkalis (OH- lebih banyak daripada H+).
Pentingnya pH
adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada
tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur
hara larut dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH
antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan
tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi)
oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14 sehingga unsur
P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difikasi atau diikat oleh Ca. Penanggullangan tanah
yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu, sedangkan tanah yang terlalu
alkalis dapat diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang. Kemasaman dikenal ada
dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan
oleh H+ dalam larutan, sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh
ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan
percobaan reaksi tanah (pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah
pada berbagai lapisan tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Praktikum
reaksi tanah ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam
tiap lapisan tanah dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pH.
Kegunaan dari praktikum reaksi tanah ini
adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
lebih jauh tentang cara mengukur pH tanah dan tingkat pH yang baik dalam tanah
untuk usaha pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Reaksi Tanah
Reaksi yang
penting adalah masam, netral dan alkalis. Pernyataan ini dinyatakan pada jumlah
ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah
ditemukan lebih banyak ion OH- maka tanah itu basa dan bila tanah H+
maka tanah itu asam.
Untuk menyeragamkan pengertian sifat reaksi tanah tersebut dinilai berdasarkan
konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan pH. Salah satu sifat kimia
tanah yang penting adalah reaksi atau pH tanah. Reaksi atau pH tanah
menunjukkan konsentrasi ion H+ didalam larutan tanah. Nilai pH
didefinisikan sebagai negatif konsentrasi ion H+ dalam larutan. Dengan
kata lain, pH tanah = - log [H] tanah.
Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion
OH- bertambah pH naik. Distribusi ion H+ dalam tanah tidak homogen. Ion H+ lebih banyak dijerap daripada ion OH-, maka ion H+ lebih pekat di dekat permukaan koloid, sedangkan OH- sebaliknya. Dengan demikian pH yang lebih rendah
terdapat di dekat koloid daripada tempat yang jauh dari koloid (Hakim, dkk. 1996).
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan
mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat
dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang
terlalu alkalis atau basa dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan
belerang (Hardjowigeno, 2003).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 masam, dan lebih
besar dari 7 basa atau alkalis. Pada keadaan netral konsentrasi ion H+
sama besar dengan konsentrasi ion OH- dan pada keadaan alkalis
sebaliknya. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah.
Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik, seperti pertumbuhan
tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat
mengganggu proses biologik. Kelas
kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6
- 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5
alkalis (Pairunan, dkk. 1997).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation
yang terserap. Didaerah basah pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya
ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam
terlarut didalam tanah yang mengendap secara alami di
dalam tanah didaerah-daerah
yang tanahnya kering, atau sebagai akibat penambahan
irigasi (Hardjowigeno,
2003).
Kemasaman tanah
merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan
ketersediaan unsur hara, juga terdapat beberapa
hubungan antara pH
dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan
oleh : 1. Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling (bahan
lain yang sesuai seperti larutan garam netral), 2. Campurkanlah mereka untuk
mendapatkan tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3.
Ukurlah pH suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam tanah yang
mempengaruhi konsentrasi H+ larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh
bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai
dengan suatu pH tertentu dan faktor – faktor yang mengendalikan pH pada
sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4 – 10, pH kurang dari 4, biasanya
dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam sulfat (Foth.H.D, 1999)
Faktor-faktor lain yang kadangkala
mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri, antara lain adalah sulfur
yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi dengan air
akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan. Hujan asam juga terjadi sebagai akibat
meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang menimbulkan
gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan (Hanafiah K. A, 2004).
2.2. Hubungan
reaksi tanah dengan kesuburan tanah
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya
unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur
beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu
masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah,
sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan
belerang (Hardjowigeno, 2003).
Komponen kimia
tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan
kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan tentang
reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara
bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan dengan masalah tersebut di atas
adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah, reaksi tanah, dan
pengelolaannya (Foth, 1994).
Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan
petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-basa terdapat
dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan cenderung
mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas
(kelarutan) Al mungkin tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada
tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur tertentu mungkin kurang
tersedia untuk tanaman karena mengendap. Reaksi tanah mempengaruhi kegiatan
mikroorganisme dalam tanah. Pada pH sekitar netral, bakteri aktif melapuk bahan
organik, sedang pada tanah masam pelapukan lebih banyak dilakukan oleh
cendawan. Pada pH yang terlalu rendah aktivitas memfiksasi nitrogen oleh
bakteri Rhizobium tertekan. Umumnya
unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada
pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air. Mengingat besarnya pengaruh pH terhadap
pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan penyelidikan guna memperoleh
pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat dilakukan bila mengetahui
keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan budidaya tanaman. Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam
pengasaman tanah, proses penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium)
disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya
pengasaman tanah. Jenis Tanaman
tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah (Harjowigeno,2003)
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
reaksi tanah ini dilaksanakan pada hari selasa, 20 November 2012 pukul 13.00-selesai WITA di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Fisika Tanah,
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum reaksi tanah ini yaitu 2
buah roll film, gelas ukur, timbangan, dan pH meter.
Adapun
bahan yang
digunakan dalam praktikum reaksi tanah ini yaitu sampel tanah lapisan I dan II, aquades, dan tissue.
3.3. Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja dalam praktikum reaksi tanah ini yaitu menggunakan 2 metode :
3.3.1
Metode Kalorimeter
1.
Memasukkan
1 gram sampel tanah halus ke dalam tempat roll film
2.
Menambahkan
3 mL air suling (rasio 1:3). Mengocok selama 30 menit. kemudian mendiamkan
selama 5 menit sampai bahan tanah mengendap dan bagian supernatant di atasnya.
3.
Memindahkan
bagian supernatan ke tabung lain, lalu mencelupkan kertas pH.
4.
Membandingkan
dengan warna pH baku.
3.3.2
Metode Elektrometris
1.
Memasukkan
10 gram tanah halus ke dalam tempat roll film dan menambahkan 10 mL air suling
(rasio 1:1)
2.
Mengosok
selama 30 menit, kemudian mendiamkannya selama 1 menit.
3.
Mengukur
dengan pH meter
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan
praktikum reaksi tanah yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut
:
Tabel
7.
Hasil Pengamatan Reaksi Tanah (pH Tanah).
Lapisan
|
Kalorimetri
|
Elektrometri
|
I
|
5.60
|
5,98
|
II
|
5,60
|
6,09
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah, 2012
4.2. Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh pada saat praktikum, tanah dalam lapisan I
diperoleh pH tanah sebesar 5,97
dengan
kriteria tanah agak masam
dan pada lapisan II pH tanahnya adalah 5,70 dengan kriteria tanah
agak masam. Dari kedua
lapisan tersebut pH tanahnya bersifat agak masam, kemasaman tanah disebabkan oleh
bahan organik yang terdapat dalam tanah tersebut sehingga daya ikat sangat
besar. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hardjowigeno, 1985) yang menyatakan
bahwa kemasaman tanah sangat dipengaruhi oleh bahan organik.
Dari kedua lapisan tersebut,
yang memiliki nilai pH tertinggi adalah lapisan I yaitu 5,97. Hal ini terjadi
karena bahan organik yang dikandung oleh lapisan I lebih banyak daripada
lapisan II. (Hardjowigeno, 1985) yang menyatakan bahwa bahan organik pada
lapisan I terdekomposisi kemudian masuk kedalam lapisan dibawahnya.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH suatu tanah berbeda-beda
menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini sesuai dengan pendapat (Pairunan,
1987) yang menyatakan bahwa pemberian air yang berbeda-beda pada suatu jenis
tanah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai pH suatu tanah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kemasaman tanah yaitu pencucian basa-basa, kejenuhan
basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. mineralisasi atau dekomposisi bahan organik, respirasi
akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam
dalam tanah.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan praktikum, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Reaksi tanah (pH) pada
setiap lapisan tanah itu berbeda - beda.
2. Lapisan I memiliki pH 5,98 sedangkan
pada lapisan II memiliki pH 6,09 perbedaan tersebut
dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik pada setiap lapisan tanah.
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation
yang terserap. Didaerah basa pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya
ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam
terlarut didalam tanah yang mengendap secara alami dalam tanah didaerah-daerah
kering, atau sebagai akibat penambahan irigasi.
5.2. Saran
Sebaiknya tanah yang bersifat masam diberi zat
kapur dan tanah yang bersifat basa/alkalis diberi belerang agar tanah tersebut
bersifat netral sehingga dapat dijadikan lahan pertanian karena lahan yang baik
untuk pertanian yaitu tanah yang bersifat netral.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadja
Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyapka, A.M.
Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey, 1996. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah,
Ali Kemas. 2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno. S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika
Pressindo, Jakarta.
Pairunan A.K,
.L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B.
Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
terima kasih atas informasinya
BalasHapussangat membantu