mouse

Kamis, 28 November 2013

Laporan Praktikum. "Reaksi Tanah. Sakti



Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah

PERCOBAAN REAKSI TANAH

Nama               :  Sakti
Nim                 :  G11112340
Kelompok        :  VI (enam)

LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012









BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
            Kemasaman tanah adalah sifat tanah yang perlu diketahui, sebab menunjukkan adanya hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara dan juga hubungna antara pH dengan sifat-sifat tanah. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam tanah mempengaruhi konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya dipersulit oleh bahan-bahan tanah yang lain.
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan bahwa banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah maka semakin masam tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ maka tanah tersebut tergolong alkalis (OH- lebih banyak daripada H+).
Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14 sehingga unsur P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difikasi atau diikat oleh Ca. Penanggullangan tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang. Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh H+ dalam larutan, sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan percobaan reaksi tanah (pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah pada berbagai lapisan tanah.
1.2.  Tujuan dan Kegunaan
Praktikum reaksi tanah ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam tiap lapisan tanah dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pH.
Kegunaan dari praktikum reaksi tanah ini adalah agar mahasiswa  dapat mengetahui lebih jauh tentang cara mengukur pH tanah dan tingkat pH yang baik dalam tanah untuk usaha pertanian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Reaksi Tanah
Reaksi yang penting adalah masam, netral dan alkalis. Pernyataan ini dinyatakan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan lebih banyak ion OH- maka tanah itu basa dan bila tanah H+ maka tanah itu asam. Untuk menyeragamkan pengertian sifat reaksi tanah tersebut dinilai berdasarkan konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan pH. Salah satu sifat kimia tanah yang penting adalah reaksi atau pH tanah. Reaksi atau pH tanah menunjukkan konsentrasi ion H+ didalam larutan tanah. Nilai pH didefinisikan sebagai negatif konsentrasi ion H+ dalam larutan.  Dengan kata lain, pH tanah = - log  [H] tanah. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH- bertambah pH naik. Distribusi ion H+ dalam tanah tidak homogen. Ion H+ lebih banyak dijerap daripada ion OH-, maka ion H+ lebih pekat di dekat permukaan koloid, sedangkan OH- sebaliknya. Dengan demikian pH yang lebih rendah terdapat di dekat koloid daripada tempat yang jauh dari koloid (Hakim, dkk. 1996).
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis atau basa dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang  (Hardjowigeno, 2003).  
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 masam, dan lebih besar dari 7 basa atau alkalis. Pada keadaan netral konsentrasi ion H+ sama besar dengan konsentrasi ion OH- dan pada keadaan alkalis sebaliknya. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik, seperti pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat mengganggu proses biologik. Kelas kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis (Pairunan, dkk. 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. Didaerah basah pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap secara alami di dalam tanah didaerah-daerah yang tanahnya kering, atau sebagai akibat penambahan irigasi (Hardjowigeno, 2003).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara, juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh : 1. Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling (bahan lain yang sesuai seperti larutan garam netral), 2. Campurkanlah mereka untuk mendapatkan tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3. Ukurlah pH suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam tanah yang mempengaruhi konsentrasi H+ larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai dengan suatu pH tertentu dan faktor – faktor yang mengendalikan pH pada sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4 – 10, pH kurang dari 4, biasanya dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam sulfat (Foth.H.D, 1999)
Faktor-faktor lain yang kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri, antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan. Hujan asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang menimbulkan gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan (Hanafiah K. A, 2004).
2.2. Hubungan reaksi tanah dengan kesuburan tanah
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang  (Hardjowigeno, 2003).
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan dengan masalah tersebut di atas adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah, reaksi tanah, dan pengelolaannya (Foth, 1994). 
Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena mengendap. Reaksi tanah mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH sekitar netral, bakteri aktif melapuk bahan organik, sedang pada tanah masam pelapukan lebih banyak dilakukan oleh cendawan. Pada pH yang terlalu rendah aktivitas memfiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium tertekan. Umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air.  Mengingat besarnya pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan penyelidikan guna memperoleh pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat dilakukan bila mengetahui keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan budidaya tanaman. Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Jenis Tanaman tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah (Harjowigeno,2003)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.  Waktu dan Tempat
Praktikum reaksi tanah ini dilaksanakan pada hari selasa, 20 November  2012 pukul 13.00-selesai WITA di Laboratorium Fisika Tanah dan Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2.  Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum reaksi tanah ini yaitu 2 buah roll film,  gelas ukur, timbangan, dan pH meter.
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum reaksi tanah ini yaitu sampel tanah lapisan I dan II, aquades, dan tissue.
3.3.  Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja dalam praktikum reaksi tanah ini yaitu menggunakan 2 metode :
3.3.1        Metode Kalorimeter
1.        Memasukkan 1 gram sampel tanah halus ke dalam tempat roll film
2.        Menambahkan 3 mL air suling (rasio 1:3). Mengocok selama 30 menit. kemudian mendiamkan selama 5 menit sampai bahan tanah mengendap dan bagian supernatant di atasnya.
3.        Memindahkan bagian supernatan ke tabung lain, lalu mencelupkan kertas pH.
4.         Membandingkan dengan warna pH baku.
3.3.2        Metode Elektrometris
1.        Memasukkan 10 gram tanah halus ke dalam tempat roll film dan menambahkan 10 mL air suling (rasio 1:1)
2.        Mengosok selama 30 menit, kemudian mendiamkannya selama 1 menit.
3.        Mengukur dengan pH meter


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil
Berdasarkan praktikum reaksi tanah yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Pengamatan Reaksi Tanah (pH Tanah).
Lapisan
Kalorimetri
Elektrometri
I
5.60
5,98
II
5,60
6,09
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
4.2.  Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada saat praktikum, tanah dalam lapisan I diperoleh pH tanah sebesar 5,97 dengan kriteria tanah agak masam dan pada lapisan II pH tanahnya adalah 5,70 dengan kriteria tanah agak masam. Dari kedua lapisan tersebut pH tanahnya bersifat agak masam, kemasaman tanah disebabkan oleh bahan organik yang terdapat dalam tanah tersebut sehingga daya ikat sangat besar. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hardjowigeno, 1985) yang menyatakan bahwa kemasaman tanah sangat dipengaruhi oleh bahan organik.
Dari kedua lapisan tersebut, yang memiliki nilai pH tertinggi adalah lapisan I yaitu 5,97. Hal ini terjadi karena bahan organik yang dikandung oleh lapisan I lebih banyak daripada lapisan II. (Hardjowigeno, 1985) yang menyatakan bahwa bahan organik pada lapisan I terdekomposisi kemudian masuk kedalam lapisan dibawahnya.
            Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH suatu tanah berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini sesuai dengan pendapat (Pairunan, 1987) yang menyatakan bahwa pemberian air yang berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai pH suatu tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemasaman tanah yaitu pencucian basa-basa, kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. mineralisasi atau dekomposisi bahan organik, respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam dalam tanah.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1.      Reaksi tanah (pH) pada setiap lapisan tanah itu berbeda - beda.
2.      Lapisan I memiliki pH 5,98  sedangkan pada lapisan II memiliki pH 6,09 perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik pada setiap lapisan tanah.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. Didaerah basa pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap secara alami dalam tanah didaerah-daerah kering, atau sebagai akibat penambahan irigasi.
5.2.  Saran
Sebaiknya tanah yang bersifat masam diberi zat kapur dan tanah yang bersifat basa/alkalis diberi belerang agar tanah tersebut bersifat netral sehingga dapat dijadikan lahan pertanian karena lahan yang baik untuk pertanian yaitu tanah yang bersifat netral.

DAFTAR PUSTAKA
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey, 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, Ali Kemas.  2008.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno. S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.











 

1 komentar: