mouse

Rabu, 27 November 2013

laporan praktikum. "propil tanah" SAKTI



Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah

PERCOBAAN PROFIL TANAH

Nama               :  Sakti
Nim                 :  G11112340
Kelompok        :  VI (enam)


LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012



BAB I 
 PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
          Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit.Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus.
          Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
          Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
          Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah.      
          Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.
1.2   Tujuan dan Kegunaan
          Tujuan praktikum profil tanah ini adalah untuk mengetahui pencandraan bentang lahan ( morfologi lahan ), mengetahui profil tanah ( morfologi tanah ), mengetahui sifat-sifat fisika tanah, dan mengetahui sifat-sifat kimia tanah.
          Kegunaan praktikum profil tanah ini adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Profil Tanah
          Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Hakim, 2007).
          Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock  (Hanafiah, 2007).
          Horizon dan lapisan terbagi atas horizon organik : horizon organik dari tanah mineral, terbentuk pada bagian atas tanah mineral terdiri atas oleh bahan-bahan  30%  jika berfrasi lempung.³organik segar/terurai sebagian 50% Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan lempung. Orison 1 : horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan bentukasli. Orison 2 : horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya (Pairunan, 1985)

          Horizon mineral yang terdiri atas: horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan, lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan pengumpulan kwarsa atau mineral, horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B atau  C dibawahnya (Buckman, 1992).
          A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o. Terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya, A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi pemekatan residuil kwarsa, A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A1dan A2 yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di bawahnya. AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama sifat-sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B. Biasanya karena terlalu tipis, bila tebal harus dipisahkan. keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1(Hakim, 2007). 
          Menurut (Hanafiah, 2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan ini dikelompokkan menjadi  3 golongan yaitu:
1.    Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses  solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.
2.    Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air dibawah permukaan bumi.
3.    Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.
          Horizon O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan organik.Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini.Juga humus. Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering disebut topsoil (Hanafiah, 2007).
          Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya.Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).
          Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona akumulasi.Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
          Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).
          Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Anonim1, 2011).
          Menurut (Hanafiah, 2007), untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu:
1.        Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).
2.        Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat (aggregate stability).
3.        Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan.
          Secara umum, analisis contoh tanah menurut (Hanafiah, 2007) bertujuan untuk:
a.    Menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah).
b.    Mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun tanah.
2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan soil
2.2.1.    Kemiringan
          Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak sama sekali, Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air (Brady, 1982).

2.2.2    Material Asal
          Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran feldspar lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan kemampuan menahan air (Hendry D, 1994)
          Pembentukan soil dari basalt tidak akan menjadi pasiran, bahkan saat tahap awal pembentukannya. Jika pelapukan kimiawi lebih prevalent dari pada mekanis, butiran feldspar yang lapuk akan langsung menjadi mineral lempung halus. Karena batuan asal tidak mengandung butiran kasardan kuarsa, soil yang terbentuk akan kekurangan pasir. Soil seperti ini tidak akan terdrainase dengan baik, walau bisa saja tetap subur (Buckman, 1982).
2.2.3.Organisme Hidup
          Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral (Foth, 1994)
          Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus (Hardjowigeno, 2003)
2.2.4.    Waktu
          Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu.Soil yang masih muda masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing aliran ekstrusif.Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol.Soil seperti ini dapat dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil.Maka dari itu, soil ini sangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi iklim dan topografi lampau (Sarwono, 2003).
2.2.5.    Iklim
          Iklim barangkali merupakan faktor terpenting yang menentukan ketebalan dan karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat terbentuki menjadi soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan pelapukan kimiawi atau mekaniskah yang paling dominan, dan akan berpengaruh kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis organisme yang dapat hidup di soil tersebut (Munir, 1996)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1        Letak Administrasi
         Untuk letak administrasi pada pengambilan sampel profil tanah di Perkebunan Warga di desa Pangembang Kecamatan Polongbangkeng, Kabupaten takalar, sulawesi selatan yaitu :
-      Sebelah Timur                  : Berbatasan Pemukiman
-      Sebelah Utara                  : Berbatasan Sungai Musiman
-      Sebelah Barat                   : Berbatasan Sungai Musiman
-      Sebelah Selatan                : Berbatasan Sungai Musiman
          Bentuk wilayahnya datar, persen lerengan 0-3%, vegetasi yang terdapat yaitu rumput, kakao, mangga, bambu, nangka, dan kelapa. Kualitas tidak produktif dan kuantitas tidak rapat, jumlah pohon dalam satu luasan yaitu 4 pohon dalam luasan 5 m x 5 m dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Bahan Induk yaitu bahan vulkaniik dengan kedalaman solum 108 cm dan kedalaman perakaran yang epektif 20 cm.
3.2   Tempat dan Waktu Pengamatan
          Praktikum  Profil Tanah tersebut dilakukan di Perkebunan Warga di desa Pangembang kecamatan Polongbangkeng kabupaten takalar propinsi sulawesi selatan pada hari sabtu tanggal 20 Oktober 2012 sekitar pukul 10.00 – selesai.
3.3     Alat dan Bahan
          Alat yang digunakan dalam prraktikum profil tanah ini adalah cangkul, linggis, cutter/pisau, meteran, ring sampel, papan, sekop, dan Daftar Isian Profil (DIP).
          Bahan yang digunakan dalam praktikum profil tanah ini adalah kantong plastik gula,spidol, dan kertas label.
3.4    Metode Pelaksanaan
          Adapun metode pelaksanaan pada praktikum profil tanah ini adalah :
3.4.1.    Penggalian Profil Tanah
a.   Membuat lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.
b.   Mengukur penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan di sisi lubang penampang ruang mendapat sinar matahari.
c.    Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
d.   Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh dari pemukiman.
e.   Jika berair, maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan.
f.    Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).


3.4.2.    Cara Pengambilan Sampel Tanah Utuh
a.   Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian meletakan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah) pada lapisan tanah tersebut.
b.   Menekan ring sampel sampai bagiannya masuk ke dalam tanah.
c.   Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan skop atau linggis atau parang.             
d.   kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan rata dengan permukaan ring sampel.
e.   Menutup ring sampel dengan plastik, lalu simpan dalam kotak khusus yang sudah disediakan.
3.4.3.  Cara Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
a.   Ambillah tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah dengan lapisan paling bawah.
b.    Masukkan dalam kantong plastk yang telah di beri label. 




BAB IV  
HASIL DAN PEMBAASAN
4.1  Hasil
          Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan pada praktikum profil tanah ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1: Hasil Pengamatan Profil Tanah di Wilayah Takalar
Parameter
 Pengamatan
Lapisan
I
II
III
Kedalaman Lapisan (cm)
30 cm
28 cm
47 cm
Batasan Lapisan
Baur
Baur
Baur
Topografi Batas Lapisan
Tidak Teratur
Tidak Teratur
Tidak Teratur
Warna (Munsell)



Tekstur
Pasir
Liat
Liat
Sruktur
Sedang
Halus
Halus
Konsistensi
Teguh
Lepas
Gembur
Karatan
Fe Mn
Mn
Mg Mn
Sumber : Data Primer Setelah diola 2012


4.2  Pembahasan
4.2.1 Kedalaman lapisan
          Lapisan I memiliki kedalaman 30 cm, lapisan II memiliki kedalamn 28 cm, lapisan III meiliki kedalaman 47 cm. Perbedaaan lapisan-lapisan ini merupakan salah satu sifat fisik tanah yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horison. Batas suatu horison dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan horison ini dibedakan ke dalam beberapa tingkatan yaitu nyata lebar peralihan kurang dari 2,5 cm, jelas lebar peralihan 2,5 - 6,5 cm, berangsur lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm dan baur lebar peralihan lebih dari 12,5 cm (Pairunan, 1983).
4.2.2 Topografi batas lapisan
          Batas-batas horison dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus. Dari hasil pengamatan didapatkan lapisan I, II, dan III memiliki topografi yang tidak teratur. Hal ini disebabkan karena tempat pengamatan merupakan lahan pertanian yang tentu sering diolah sehingga lapisan-lapisan atau horisonnya saling bercampur dan menyebabkan topografi batas lapisannya tidak teratur (Buckman, 1982).
4.2.3 Tekstur
          Dari hasil pengamatan, lapisan I memilki tekstur pasir denga ciri-ciri rasa kasar sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Hal ini disebabkan karena lapisan I mendapat air hujan secara langsung sehingga partikel liat yang bersifat lengket menyerap kedalam tanah atau dapat pula terkikis dari permukaan. Lapisan  II dan III bertekstur liat berpasir dengan ciri-ciri rasa halus, berat, tetapi terasa sedikti kasar, melekat, dan dapt dibentuk bola teguh (Hanafiah, 2007)
          Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2mm). Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat amaka tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kealas tekstur (Hardjowigeno, 2007).
4.2.4 Struktur
          Dari hasil pengamatan, lapisan I, II dan III berturut-turut berstruktur sedang, halus dan halus. Semakin kebawah semakin halus disebabkan karena bagian tanah dalam menjadi tempat fraksi liat dan debu yang turun dari permukaan.
          Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir pasir, debu, liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida-oksida besi dan lain-lain. Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarkan atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan  (Brady, 1982)
4.2.5 Konsistensi
          Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda-benda lain. Berdasarkan hasil pengamatan, lapisan I memiliki konsistensi kering (teguh) karena sulit di cangkul. Sedangkan lapisan I dan II lembab(lepas dan gembur). Hal ini sesuai dengan pendapat dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (Sarwono, 2007)
4.2.6 Karatan
          Karatan merupakan hasil pelapukan batuan tanah yang di pengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Karatan berwarna hitam mengandung banyak mangan (Mn), berwarna kuning mengandung banyak (Mg) sedangkan berwarna merah mengandung besi (Fe). Dari hasil pengamatan, lapisan I memiliki Fe dan Mn karena terdapat warna merah dan hitam, lapisan II memiliki Mn karena terdapat warna hitam dan lapisan III memilki Mg dan Mn karena warnanya yang kuning dan hitam (Foth, 1994).





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
          Kesimpulan pada praktikum profil tanah ini adalah yaitu :
a)        Kedalaman pada setiap lapiasan tanah adalah berbeda beda
b)        Setiap lapisan tanah memiliki batas lapisan yaitu baur
c)        Tofografi setiap batas lapisan adalah tidak teratur
d)       Tekstur pada setiap lapisan secara berurut yaitu pasir, liat dan liat
e)        Struktur pada setiap lapisan secara berurut yaitu sedang, halus dan halus
f)         Konsistensi pada setiap lapisan secara berurut yaitu teguh, lepas dan gembur
g)        Setiap lapisan tanah memiliki karatan yaitu pada pada lapisan I Fe dan Mn, pada          lapisan II Mn serta pada lapisan III yaitu Mg dan mn.
5.2  Saran
          Saran saya untuk praktikum selanjutnya supaya waktu yang ditentukan untuk berangkat ke lokasi praktik tidak di undur apalagi yang lokasi praktikumnya berada di tempat yang lumayang jauh serta alat yang digunakan seperti Ring Sampel hendaknya secara kualitas memenuhi Standar Operasional Prosedur praktikum sehingga praktikum dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

DAFTAR FUSTAKA
Buckman dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta
Foth, Hendry D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada     University Press, Yogyakarta
Hanafiah., K., A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Persada: Jakarta.
Hakim N, M. Y Nyakpa, A.M Lubis, S. G Nugroho, M. A Diha, G. B Hong, H. HBailey, 1986. Dasar-Dasart Ilmu Tanah, Universitas Lampung, Lampung
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta
Munir, 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta
Pairunan, A. K. Y. Nanere, J. L. Arifin. S. S. R, Tangkai Sari, R. Lalopus, J. RIbrahim, B. Dan Asamadih, 1997, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Badan KerjasamaPerguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur











1 komentar: