Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
PERCOBAAN TEKSTUR TANAH
Nama :
Sakti
Nim : G11112340
Kelompok :
VI (enam)
LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari
mineral dan bahan organik. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan
di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan
air sekaligus sebagai penopang akar. Tanah merupakan campuran bahan atau
partikel-partikel bahan organik yang telah melapuk, udara dan air. Materi kasar
seperti pasir biasanya ditutupi oleh material halus. Ukuran dari
partikel-partikel tanah relatif tidak berubah. Karena itu, tekstur tanah
dikategorikan sebagai sifat dasar tanah.
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu
tanah. Tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat. Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah
(taksnomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan
dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih
kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang
dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar,
berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus.
Penentuan kelas
tekstur suatu tanah secara teliti harus dilakukan analisa tekstur di laboratorium
yang disebut analisa mekanik tanah. Dalam menetapkan tekstur tanah ada tiga
metode yang digunakan yaitu metode lapang, hydrometer, dan pipet. Metode
yang digunakan dalam praktek ini adalah metode hydrometer. Sifat-sifat
fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai
penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase,
penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara, semuanya sangat
erat kaitannya dengan sifat fisik tanah.
Sifat fisik tanah ditentukan oleh permukaan butiran
tanah, sifat-sifat kimia dari butiran dan kandungan bahan organik.
Butiran-butiran yang menyusun tanah mempunyai ukuran yang berbeda-beda.
Perbedaan ukuran dan jumlah butiran tersebut sangat mempengaruhi tekstur tanah.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
diadakan percobaan tentang tekstur tanah.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Tujuan praktikum analisis tekstur
tanah ini
adalah untuk
mengetahui dan menentukan kelas tekstur pada tanah Inceptisol lapisan I dan lapisan II.
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai
bahan informasi mengenai kelas tekstur tanah yang diamati yang erat kaitannya
dengan tingkat kesuburan tanah dan sekaligus menjadi bahan pertimbangan
mengenai jenis tanaman yang cocok pada tanah yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tekstur Tanah
Ukuran
relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan dan kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif lebih
besar dibandingkan dengan yang ditunjukkan oleh partikel-partikel debu dan
tanah liat yang berbobot sama. Tanah yang bertekstur kasar dengan 20% bahan
organik atau lebih dan tanah bertekstur halus dengan 30% bahan organik atau
lebih berdasarkan bobot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi organik dan
bukan oleh fraksi organik (Foth, 1991).
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam
ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan
ide tentang sifat teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat
fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung.
Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan
lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum
dikenal adalah pasir, liat dan lempung (Buckman dan Brady, 1992).
Tekstur tanah menunjukan kasar atau
halusnya suatu tanah. menurut
(Dedy’s Site, 1987) Terdapat
perbedaan penting lainya antara pasir, dan liat pada beberapa tanah yang
dihubungkan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan elemen-elemen
tanaman yang esensial (kesuburan tanah). Pada umumnya unsur hara yang esensial
dan dapat tersedia sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih
besar, dan tingkat pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang menyebabkan
tanah lebih subur daripada tanah berpasir. Hukum stokes menghubungakan
kecepatan penurunan sebatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu
cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternya
jika dicoba pada kekuatan lapang yang ketahui (Foth, 1991).
Tekstur tanah dibagi menjadi 12
kelas tekstur seperti yang tertera pada Diagram Segitiga Tekstur Tanah USDA (cit. Kohnke, 1980). Tabel ini menunjukkan
bahwa suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85%
pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu, dan bertekstur liat
apabila berkadar minimal 40% liat. Tanah yang berkomposisi ideal yaitu 22,5 –
52,5% pasir, 30 – 50% debu dan 10 – 30% liat disebut bertekstur lempung (Kemas Ali Hanafiah, 2010).
Berdasarkan kelas teksturnya menurut (Kemas Ali Hanafiah, 2010) maka tanah digolongkan menjadi:
(a)
Tanah bertekstur kasar atau
tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur
pasir atau pasir berlempung (3 macam).
(b)
Tanah bertekstur halus atau
tanah berliat berarti tanah yang mengadung minimal 37,5% liat atau bertekstur
liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).
(c)
Tanah bertekstur sedang atau
tanah berlempung, terdiri dari:
(1)
tanah bertekstur sedang tetapi
agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus
(dua macam).
(2)
Tanah bertekstur sedang
meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt) (4 macam), dan
(3)
Tanah bertekstur sedang tetapi
agak halus mencakup lempung liat (clay
loam), lempung liat berpasir (sandy-clay
loam) atau lempung liat berdebu (sandy-silt
loam) (3 macam).
Tanah-tanah yang bertekstur
pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat
mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan air
dan unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat karena lebih halus maka setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah-tanah bertekstur halus
lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003).
2.2 Fraksi Pasir
Pasir adalah bahan butiran
alami terdiri dari batuan halus yang terpisah dan partikel mineral. Komposisi
pasir ini sangat bervariasi, tergantung pada sumber-sumber batuan lokal dan
kondispartikel pasir berdiameter berkisar dari 0.0625mm (atau 1 / 16 mm, atau
62,5 mikrometer) untuk 2 milimeter (Foth, 1991).
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang
sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari
mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan
membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur
ketimbang tanah bertekstur pasir (Hardjowigeno, 2003).
Prinsip dasar pemisahan fraksi pasir
adalah menghilangkan material penyemen yang menyelimuti atau menyemen butir-butir
pasir dan memisahkan butir mineral berukuran fraksi pasir dari fraksi debu dan
liat. Material yang menyeliputi butir pasir dalam tanah umumnya berupa bahan
organik. Namun pada beberapa jenis tanah, material penyeliput tersebut selain
oleh bahan organik, juga oleh besi (pada tanah merah) dan oleh karbonat (pada
tanah kapur). Bahan organik dihilangkan dengan hidrogen peroksida (H2O2) besi
dengan sodium dithionit (Na2S2O4) dan karbonat dengan Chlorida (HCl). Setelah
butir mineral terlepas dilakukan pemisahan fraksi pasir dengan menggunakan ayakan
yang berukuran 1-0,05 mm. Jenis analisis mineral primer yang biasa dilaksanakan
adalah fraksi berat, fraksi ringan, dan fraksi total. Untuk analisis mineral
pasir fraksi berat, terlebih dahulu harus dipisahkan antara pasir fraksi berat
dengan fraksi ringan. Yang tergolong dalam mineral pasir fraksi berat adalah
mineral pasir yang tenggelam dalam larutan bromoform dengan BJ 2,87. Untuk
analisis mineral pasir fraksi total, hasilpengayakan bisa langsung diperiksa (H.
kohnke, 1980)
.
2.3 Fraksi Debu
Dari ketiga jenis
fraksi pada tanah partikel debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan pasir
mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, serta
liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan
tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat tanah yang lain seperti
struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Dedy’s Site,
1987).
Tanah-tanah bertekstur
halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar, partikel pasir lebih kasar,
karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat mempunyai
luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan air dan unsur
hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan
berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air
dan menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 2003).
2.4 Fraksi Liat
Tanah-tanah
yang bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur
hara tinggi. Tanah-tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia
daripada tanah bertekstur kasar (H.
kohnke, 1980).
Prinsip dasar pemisahan fraksi liat adalahmenghilangkan bahan penyeliput
dan penyemen, serta memisahkan fraksi liat dari fraksi debu dan pasir. Dalam
proses pemisahan fraksi ini dapat digunakan contoh yang sama dengan contoh yang
digunakan untuk analisis fraksi pasir, sehingga proses destruksi bahan organik,
besi, dan karbonat bisa dilakukan sekaligus. Pemisahan fraksi liat dilakukan
dengan cara yang sama seperti pemisahan fraksi untuk tekstur yaitu dengan cara
pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke (Nyakpa, 1986).
Yang dimaksud
dengan mineral sekunder atau mineral liat adalah mineral-mineral hasil pembentukan
baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses pembentukan
tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan mineral yang
terlapuk. Jenis mineral ini berukuran halus (<2μ), sehingga untuk identifikasinya
digunakan alat XRD (Hakim, 1986).
2.5 Hubungan Tekstur Tanah dengan Kesuburan Tanah
Tanah pada masa
kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai
kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi
sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut
dan zat-zat adiktif bagi tanaman (Kemas Ali Hanafiah, 2010).
Tanah
bertekstur halus didominasi oleh tanah liat dengan tekstur yang lembut dan licin
memiliki permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar
yang biasanya berbentuk pasir. Tanah yang didominasi pasir akan banyak
mempunyai pori-pori makro (lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan
mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan tanah yang didominasi
liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (tidak poreus). Hal ini
berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan
mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan
lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk
menahan tanah (Hakim, 1986).
Makin poreus
tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara
untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah dan
sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk berpenetrasi
serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena itu, maka tanah
yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga
tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi
tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah
bertekstur debu (Nyakpa, 1986).
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan terhadap
pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan
mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara,
sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur
pasir (Hardjowigeno, 2003).
Pada tanah-tanah di
daerah tropika nisbah debu liat merupakan kriteria penting dalam mengevaluasi
fenomena seperti migrasi liat, taraf pelapukan fisik, dan umur bahan induk
tanah serta klasifikasi tanah (Lal, 1979).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum
analisis tekstur tanah dilaksanakan pada hari Selasa, 6 November 2012, pukul 14.30 sampai pukul 16.15 WITA di Laboratorium
Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan
pada praktikum analisis tekstur tanah ini
yaitu : hidrometer, timbangan, botol tekstur, mesin pengocok, silinder
sedimentasi 1000 ml, saringan, corong, botol semprot, pengaduk, thermometer,
cawan petridisk, plastik gula.
Adapun
bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum analisis tekstur tanah ini
yaitu : sampel tanah kering bebas udara yang sudah dihaluskan, aquades, air,
larutan calgon 4%, kertas label, lap/tissue.
3.3
Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja pada praktikum analisis tekstur tanah ini
yaitu
sebagai berikut.
1.
Timbang 20 gram tanah
kering udara, butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2 mm.
2.
Masukkan ke dalam
Erlenmeyer atau botol tekstur dan tambahkan 10 ml calgon 4% dan air secukupnya.
3.
Tutup dengan plastik,
kocok dengan mesin pengocok selama 1-2 jam.
4.
Tuangkan secara
kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 1000 ml yang di atasnya
dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0,05 mm dan bersihkan botol
tekstur dengan bantuan botol semprot.
5.
Semprot dengan spayer
sambil diaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga
semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).
6.
Pasir yang tertinggal
dipindahkan ke dalam cawan dengan pertolongan botol semprot kemudian masukkan
dalam oven bersuhu 105° C selama 2 x 24 jam, selanjutnya masukkan dalam
desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui (catat sebagai C gram).
7.
Cukupkan larutan
suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 1000 ml.
8.
Angkat silinder
sedimentasi, sumbat baik-baik dengan karet lalu kocok dengan membolak-balik
tegak lurus 180° sebanyak 20 kali, atau dapat juga dilakukan dengan memasukkan
pengocok ke dalam silinder sedimentasi lalu aduk naik turun selama 1 menit.
9.
Dengan cepat tuangkan
kira-kira 3 tetes amyl alcohol ke permukaan suspensi untuk menghilangkan
gangguan buih yang mungkin muncul.
10. Setelah
15 detik, masukkan hydrometer ke dalam suspensi dengan hati-hati agar suspensi
tidak banyak terganggu.
11.
Setelah 40 detik, baca
dan catat pembacaan hydrometer pertama (H1) dan suhu suspensi (t1).
12.
Dengan hati-hati keluarkan
hydrometer dari suspensi.
13.
Setelah menjelang 8
jam, masukkan hydrometer dan catat pembacaan hidroometer kedua (H2)
dan suhu suspensi (t2).
14.
Hitung berat debu dan
liat dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
Berat debu dan liat = -
0,5 ………………(a)
Berat liat = - 0,5…………..(b)
Berat debu = berat (debu + liat) – berat
liat………...(a+b)
15.
Hitung persentase
pasir, debu dan liat dengan persamaan :
% pasir =
% debu =
% liat =
16.
Masukkan nilai yang
didapat ke dalam segitiga tekstur
Keterangan:
1 = Liat
2 = Liat berpasir
3 = Lempung berliat
4 = Liat berdebu
|
5 = Lempung liat berpasir
6 = Lempung liat berdebu
7 = Lempung berpasir
8 = Lempung
|
9 = Lempung berdebu
10 = Debu
11 = Pasir
12 = Pasir berlempung
|
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan analisis
dan perhitungan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
1 : Hasil perhitungan tekstur tanah lapisan I dan II
Lapisan
|
Berat Fraksi (g)
|
Persentase Fraksi (%)
|
Kelas Tekstur
|
|||||
Debu dan Liat
|
Debu
|
Liat
|
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
Jumlah
|
||
I
|
3,43
|
2,23
|
1,2
|
22,57
|
27,10
|
50,33
|
100
%
|
Liat
|
II
|
3,73
|
1,93
|
10,3
|
5
|
46
|
49
|
100
%
|
Liat berdebu
|
Sumber : Data Primer
setelah Diolah 2012
4.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan maka
diperoleh hasil bahwa pada lapisan I tanah persentase teksturnya adalah terdiri dari pasir sebesar 22,57 %, debu sebesar 27, 10 %, dan liat 50,33 %.. Kelas tekstur liat memiliki
persentase fraksi paling tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa permukaan fraksi liat lebih besar apabila dibandingkan dengan
permukaan fraksi pasir dan debu.
Kelas tekstur pada tanah lapisan I yaitu liat (Hanafiah, 2010)
Pada lapisan tanah II persentase teksturnya adalah
terdiri dari pasir
sebesar 5 %, debu sebesar 46 %, dan liat sebesar 49 %.. Kelas tekstur pada lapisan II termasuk liat berdeu.
Kelas tekstur liat memiliki persentase
fraksi paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan fraksi liat lebih
besar apabila dibandingkan dengan permukaan fraksi pasir dan debu. Setiap gram
tanah liat mungkin mempunyai permukaan yang ribuan kali lebih luas dari debu
dan mempunyai permukaan yang hampir sejuta kali lebih luas daripada pasir yang
sangat kasar.
Hubungan tekstur tanah dengan daya menahan air dan
ketersediaan hara. Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih
besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur
kasar. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil
sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara (Kemas Ali Hanafiah, 2010).
Tanah
pada lapisan I memiliki persentase pasir sebesar 22,57
%, debu 27,10 %, dan liat
sebesar 50,33 %. Ini menunjukkan
bahwa pada lapisan I termasuk ke dalam kelas tekstur liat. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hanafiah, 2010) yang menyatakan bahwa kelas tekstur
tanah yang memiliki proporsi (%) fraksi pasir <45, (%) fraksi debu <40, dan (%) fraksi liat >40 merupakan kelas tekstur liat. Tekstur liat merupakan tekstur yang halus. Hal ini dikemukakan
oleh (Hardjowigeno, 2003) bahwa
tekstur liat terasa berat, membentuk bola dengan baik, dan sangat lekat. Dan pendapat yang serupa dikemukakan oleh (Hanafiah, 2010)
yang menyatakan bahwa fraksi liat akan terasa halus, lekat, dan licin.
Tanah pada lapisan II memiliki persentase pasir 2.029 %, debu 40,652 %, dan liat sebesar 57,319
%. Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan II merupakan kelas tekstur
liat berdebu. Hal
ini sesuai dengan pendapat (Hanafiah, 2010) yang mengatakan bahwa kelas
tekstur tanah yang memilki proporsi (%) fraksi pasir <20, (%) fraksi debu antara 40 - 60, dan (%) fraksi liat antara 40 - 60 merupakan kelas tekstur liat berdebu. Tekstur
liat berdebu merupakan tekstur yang halus. Hal ini dikemukakan oleh (Hardjowigeno, 2003) bahwa
tekstur liat berdebu terasa halus, berat, agak licin, membentuk bola, mudah
digulung, dan sangat lekat. Dan pendapat yang serupa
dikemukakan oleh (Hanafiah, 2010) yang menyatakan
bahwa fraksi debu akan terasa agak halus dan agak lekat, tetapi tidak licin,
sedangkan fraksi liat akan terasa halus, lekat, dan licin. Karena pada lapisan
II ini kandungan liatnya masih lebih dominan dibandingkan dengan kandungan
debunya, maka pada tanah yang bertekstur liat berdebu ini, masih akan terasa
agak licin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum tekstur
tanah ini, maka dapat kesimpulan bahwa :
a)
Setiap
lapisan tanah yang diamati memiliki kelas tanah yang berbeda.
b)
tanah
pada lapisan I memiliki persentase pasir sebesar 22,57%, debu 27,10%, dan liat
sebesar 50,33% sehinnga termasuk dalam tekstur liat
(clay).
c)
Tanah
pada lapisan II memiliki persentase pasir 5%, debu 46%, dan liat sebesar 49%,
sehingga termasuk dalam tekstur liat berdebu.
d)
pada
lapisan I memiliki persentase pasir lebih tinggi yaitu sebesar 22,57%
dibandingkan dengan lapisan II hanya 5%.
5.2
Saran
Adapun
saran saya yakni sebelum menentukan pengelolaan tanah di suatu wilayah
sebaiknya terlebih dahulu diteliti tekstur tanahnya agar sifat-sifat tanah
dapat diketahui, selain itu dalam melakukan praktikum ini sebaiknya dilakukan
dengan teliti dan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan dan kondisi alat-alat
yang akan digunakan agar praktikum berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O. dan N.C. Brandy, 1992. Ilmu Tanah. Brata
Karya Aksara, Jakarta
Dedy’s Site. 1987. Pengantar Ilmu
Tanah. Penerbit Rinika Citra: Jakarta.
Foth, H.D., 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Edisi VI. Erlangga,
Jakarta.
Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S. Ghani, Nugroho, M.R. Soul, M.A. Diha, G.B. Hong, N.H. Balley. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, Ali Kemas. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Kohnke, H. 1980. Soil
Physic. TMH ed. Tata McGraw-Hill Publ. Co. Ltd, New Delhi.
Lal, R. 1979.: Physical Characteristic of Soils of the Topics Determination and
Management. In Soil Physical Properties and Crops Production in the Tropics
(edited by Lal R. and D.J. Greenland). A Wiley-Intersci. Publ. John Wiley &
Sons, Chicester.
LAMPIRAN
Perhitungan
Kelas Tekstur Tanah
Untuk Lapisan 1
Diketahui :
= 6 = 26˚C
= 3 = 28˚C
§
Berat
debu dan liat = - 0,5
=
- 0,5
=
- 0,5
=
- 0,5
=
- 0,5
=
3,43
§ Berat liat =
- 0,5
= - 0,5
= - 0,5
= - 0,5
= - 0,5
=
2,73 – 0,5 = 2,
23
§ Berat debu =
(berat debu dan liat) – berat liat
= 3,43 –
2,23
= 1,2
§ % Pasir =
x 100 %
= x 100 %
=
x 100 %
= 22,57 %
§ % Debu =
x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 27, 10 %
§
%
Liat = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 0,5033 x
100 %
= 50,33 %
Untuk
Lapisan 2
Diketahui :
= 6 = 28˚C
= 3 = 26˚C
§
Berat
debu dan liat = - 0,5
=
- 0,5
=
- 0,5
=
- 0,5
=
- 0,5
=
4,23 – 0,5
=
3,73
§ Berat liat =
- 0,5
= - 0,5
= - 0,5
= - 0,5
= - 0,5
=
2,43 – 0,5 = 1,93
§ Berat debu =
(berat debu dan liat) – berat liat
= 3,73 –
10,3 = -6,57
§ % Pasir =
x 100 %
= x 100 %
=
x 100 %
= 0,05089 x 100 %
=
0,05 x 100 % = 5 %
§ % Debu =
x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 0,4580 x 100 %
= 0,46 x 100
%
= 46 %
§
%
Liat = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 0,4910 x
100 %
= 0,49 x 100 % = 49 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar